Gebrakan
pasangan Bupati H.Tafdil bersama wakilnya Ir. Hj.Masyhura dalam mewujudkan
pembangunan Kabupaten Bombana ke depan semakin menggairahkan arah dan proses
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Salah satu kebijakannya yang dinilai menjadi kebutuhan riil bagi masyarakat
Bombana adalah terdongkraknya alokasi dana desa (ADD) dan alokasi dana
kelurahan (ADK) menjadi Rp 350 juta setiap tahunnya.
Peningkatan bantuan pada aspek pemberdayaan, peningkatan kapasitas sumber daya
lokal hingga pada pembenahan infrastruktur kabupaten terangkum dalam
idiom-idiom “gerakan membangun masyarakat Bombana (GEMBIRA)”.
Kemudian pada aspek peningkatan sumber daya manusia (SDM) ini, Wakil Bupati
Ir.Hj.Masyhura lebih focus pada pengembangan bidang keagamaan. Untuk keagamaan,
Ir.Hj.Masyurah sendiri juga turut langsung mempersiapkan segala kebutuhannya
sampai ke kecamatan dan desa-desa.
“Kita telah mengadakan training of training (TOT) para guru mengaji pada setiap
desa-desa dan kelurahan. Nantinya, hasil TOT ini-lah yang kemudian memastikan
pelaksanaan pengajian pada setiap kelompok-kelompok yang sudah dibentuk,” kata
Masyhura.
Guna lebih mengintensifkan cara kerja para guru mengaji, maka Pemerintah
Kabu-paten secara rutin telah mengeluarkan biaya rutin peng-gajian, atau honor,
pada setiap bulannya bagi setiap guru mengaji.
Pengarusutamaan
pada bidang ke-agamaan ini karena memang kondisi masyarakat Bombana yang masih
sangat agamais, apalagi memang Bombana dihuni penduduk yang mayoritas Islam,
sekitar 90 persen.
Sehingga dengan program ini pun juga menjadi bagian dari rencana pihak lembaga
pengembangan tilawatil qur’an (LPTQ) propinsi Sulawesi Tenggara. Meski
demikian, Masyhura juga menyadari bahwa LPTQ tahun-tahun sebelumnya
memang tidak mengalami lonjakan progres kegiatan.
Jadi baik kerangka kegiatan keagamaan di Bombana maupun dalam skema
pengembangan LPTQ, maka Masyhura juga intens memantau kegiatan
pengajian-pengajian yang terus dilakukan di masjid, atau di tempat-tempat yang
sudah disepakati sebelumnya.
“Saya sendiri turut juga membuka TPA Al-Husnah. Jadi kalau sore saya mengajar
anak-anak mengaji di rumah jabatan, sehingga kalau sudah sore saya beralih
profesi dan dipanggil sebagai ibu guru mengaji, kecuali kalau pagi hingga siang
tetap dipanggil sebagai ibu wakil bupati,” tawanya.
Ia pun menceritakan bahwa anak-anak yang mengaji di rumah jabatan yakni mulai
usia belajar antara kelas I SD sampai kelas 6 SD. Dan latarbelakang murid-murid
pengajian ini pun datang dari sekitar rumah jabatan, sehingga pesertanya bukan
hanya anak-anak pejabat, tetapi juga yang orang tuanya profesi sebagai petani
atau profesi lain.
Untuk itu, maka Masyhura berharap beberapa tahun ke depan, Bombana sudah
terbebas dari buta aksara Alqur’an. “Jadi selain sebagai amal ibadah, juga
merupakan program pemerintah, program kami yang tertuang dalam visi-misi kami
sebelumnya,” kata istri Ilah Ladamay (staf Ahli di Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara ini).
Menurutnya, perhatian ini bukan hanya terhadap guru mengaji, tapi yang tak
kalah pentingnya adalah juga pembinaan majelis taklim yang terus dibenahi dan
diperkuat, bahkan dengan kelompok-kelompok pengajian ibu-ibu, baik di masjid
maupun di tempat lain, sehingga memang Bombana sekarang ini lagi semarak dengan
kegiatan-kegiatan keagamaan, utamanya pada sore hari hingga menjelang Isya.
“Kemeriahan” ini juga
tetap harus dikontrol, atau dievaluasi secara berkala. “Makanya setiap minggu,
saya target dua kecamatan yang dikunjungi,” tambahnya. Untuk itu, Masyhura
harus menjangkau 22 kecamatan (hasil pemekaran dari 6 kecamatan) secara
bergilir dan kontinyu. “Khusus tugas pemantauan dan evaluasi ini saya
nikmati betul-betul,” jelasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar